Rabu, 23 Januari 2008

Psikologi perkembangan-mahasiswa Theologi

PENGANTAR

Perkembangan iptek yang pesat pada saat ini memberikan dampak pada perkembangan psikologi dalam kehidupan masyarakat luas. Psikologi perkembangan sebagai cabang ilmu psikologi yang menjelaskan berbagai perubahan baik diluar individu (hubungan dengan sekitar) dan perubahan – perubahan di dalam individu. Psikologi perkembangan mengkhususkan diri pada usia dan tahapan – tahapan dalam kehidupan manusia. Beberapa ahli terdorong untuk mempelajari usia yang khas dan tertentu dimana terjadi berbagai tahapan perkembangan. Tahapan yang pertama masa bayi baru lahir, masa bayi, masa kanak – kanak, masa puber, masa remaja, masa dewasa dini, usia madya dan usia lanjut. Ada 2 alasan utama mngapa terjadi perbedaan penekaan pada psikologi perkembangan. Pertama penelitian yang dilakukan terhadap periode – periode tertentu dalam pola perkembangan sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk memecahakan masalah praktis dan masalah – masalah yang berkaitan dengan periode itu. Yang kedua adalah bahwa lebih sulit mempelajari manusia pada beberapa tahap kehidupan teretntu dari pada tahapan kehidupan yang lain. Pada kesempatan ini penulis ingin memfokoskan pada perkembangan, masa dewasa dini secara umum atau luas mengkaitkannya pada psikologi perkembangan mahasiswa Theologi.

PEMBAHASAN

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses pengalaman dan pematangan. Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini maka realisasi diri atau yang biasa disebut aktualisasi diri adalah sangat penting. Masa dewasa dini adalah periode penyesuaian diri terhadap pola - pola kehidupan baru dan harapan – harapan sosial baru. Pada masa ini seseorang sudah mulai memikirkan pengaturan masa depannya yang artinya hal itu akan membuat kebebasan masa remaja mereka berakhir. Misalnya seseorang mulai berpikir serius tentang karier yang akan mereka tekuni, prestasi dan pasangan hidupnya. Pada umumnya rata – rata pada masa ini mereka bersikap kritis pada orang tua mereka, hal ini disebabkan adanya suatu sikap dan pemikiran idealis yang terkadang sulit untuk dicapai dengan kemampuan mereka.

Transisi dari masa remaja menuju masa dewasa
Dalam sebuah pendapat dikaatkan bahwa masa ini tidak terlalu berbeda dari masa remaja. Namun masa remaja dipandang dari teori tugas dan perkembangan serta teori emansepasi. Pada masa ini kesehatan dan sekolah sudar pudar untuk menjadi pusat perhatian lagi, maka permasalahan tentang pekerjaan dan kehidupan bermasyarakat adalah tuga – tugas sentral yang mendapatkan perhatian khusus.1 Pada masa ini banyak kaum muda akan mengalamu suatu transisi dari SMA menuju sekolah menengah atas. Perpindahnya posisi dari “senior” di SMA ke “junior” di perguruan tinggi. Adal;ah salah satu contoh. Tetapi hal ini akan membawa juga hal yang positif, antara lain pelajar mungkin merasa lebih dewasa,lebih banyak mata pelajaran yang bisa dipilih, lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama kelompok sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengekplorasi berbagai gaya hidup dan nilai – nilai, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua, dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik. Mahasiswa merasa jenuh “burnout”. Burnout adalah suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya yang diakibatkan oleh stres berlarut – larut yang berkaitan degan kerja. Hal ini juga yang menyebabkan banyak mahasiswa meninggalkan kuliahnya sebelum menyelesaikannya. Hal ini mengacu pada survei terhadap 3000 mahasiswa dari 500 peguruan tinggi.2
Demikian juga halnya pada kaum muda yang setelah SMA melanjutkan ke STT biasanya akan mengalami depresi tersendiri yang disebabkan oleh lingkungan yang baru bagi mereka dan adaptasi yang menuntut mereka melakukan penyesuaikan diri dalam lingkup kehhidupan yang baru. Lebih – lebih bagi mereka yang tinggal dalam asrama, beberapa peraturan yang tidak logis menurut ego mereka, tugas – tugas yang menumpuk, gesekan – gesekan dengan kakak tingkat atau pun teman setingkat dan masih banyak hal yang lain. Namun masa transisi ini akan dapat mereka lalui dengan baik bila bersandar kepada Tuhan.

Perkembangan Fisik
Kondisi fisik tidak hanya mencapai puncaknya pada awal masa dewasa, tetapi juga mulai menurun selama periode ini. Perhatian pada kesehatan meningkat pada orang dewasa muda, dengan perhatian khusus terhadap diet, berat badan, olah raga dan ketergantungan.3 Tercapainya kekuatan dan kecepatan puncak terjadi relatif lebih awal, dibandingkan dengan tercapainya keterampilan motorik dan kognitif yang lebih beragam. Pada masa ini orang dewasa muda mencapai puncak untuk kesehatannya, hany sedikit orang muda yang memiliki masalah kesehatan kronis. Pada masa ini orang dewasa muda mengerti bagaimana cara mencegah penyakit dan menjaga kesehatan. Namun meski pun demikian banyak juga dari antara mereka yang tidak dapat menjaga kesehatan dirinya sendiri. Hal ini nampak pada peningkatan penggunaan obat obatan.
Sebagai contoh dalam penelitian longitudinal ketika seorang individu bergerak dari kelas sepuluh menuju lima tahun setelah SMA, mereka lebih banayk merokok, minum minuman keras, merokok marijuana, dan menggunakan amphetamine, dsb.4 Kondisi kesehatan kaum muda dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan.
Kecenderungan yang dimiliki mahasiswa Theologi adalah memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Waktu istirahat yang mereka gunakan hanya sedikit, pada kenyataannya adanya beristirahat kurang dari lima jam sehari. Dan lebih parahnya mereka menggunakan kopi sebagai doping yang nota bene kopi mengandung zat aditif yaitu kaffein yang dapat merusak jantung dan bahkan membuat ketagihan. Seharusnya bagimereka yang fisiknya “kurang baik” dibandingkan rekan – rekan mereka yang lain mendopingnya dengan vitanin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Dan bagi mahasiswa Theologi disarankan untuk tidak lembur hingga subuh, namun ada baiknya tidur cepat lalu bagun subuh, kerena pada saat itu kondisi tubuh masih fresh dan kesannya tidak memaksakan ketahanan tubuh.

Ciri – ciri dewasa dini :
Tahapan masa dewasa dini berkisar usia 18 tahun sampai kira – kira 22 tahun, masa ini kaum muda telah dapat diharapkan sudah tercapainya status kedewasaan. Pada masa ini kaum muda masih belum mendapatkan kepastian tentang nasa hidupnya.5 tahun, saat perubahan – perubahan fisik dan psikologis yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola – pola kehidupan baru dan harapan – harapan sosial baru.6 Ada pun ciri – ciri psikologis pada masa ini adalah :
1.Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan
Pada masa ini orang muda bergantung pada 2 faktor, yang pertama cepat tidaknya mereka menemukan pola hidup yang memenuhi kebutuhan mereka kini dan pada masa depan. Faktor yang kedua menentukan kemantapan seseorang dalam tanggung jawab yang harus dipikulnya sebelum ia berkarya dan bekerja.
Dalam kehidupan berasrama sebagai mahasiswa Theologi masa pengaturan ini mengambil peranan penting karena ketika mereka terjun dalam bidang tsb mereka dituntut untuk dapat mengatur diri sendiri.
2.Masa dewasa dini sebagai usia reproduktif
Erikson menggambarkan masa dewasa awal sebagai masa dimana seseorang memiliki keakraban hubungan yang dekat atau pernikahan, dengan pengorbanan yang diperlukan, atau memilih hubungan isolasi karena takut menghadapi hubungan seperti itu.7 Pada awal masa dewasa atau bahkan tahun – tahun terakhir masa remaja bisa disebut juga merupakan masa reproduksi.
Pada usia reproduktif mahasiswa Theologi lebih difokuskan untuk persiapan menuju masa depan yang tentunya sesuai dengan Firman Tuhan.
3.Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah
Sering kali permasalahan pada masa dewasa dini berbeda dengan masa yang dialami sebelumnya. Pada masa ini orang cenderung lebih intensif untuk menyesuaikan diri terhadap masalah yang ada, sebab masa transisi ini adalah masa dimana orang berubah dari remaja menuju dewasa yang seakan – akan tidak nampak masa peralihannya.
Mahasiswa Theologi yang notabene rata – rata pada masa ini akan mengalami banaya permasalahan yang dikarenaklan penyesuaian dari dunia luar ke daalm dunia yang mengutamakan spiritual dengan tuntutan sangat tinggi.
4.Masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosional
Setiap memasuki wilayah baru dalam kehidupan orang akan mengalami keresahan emosional, seseorang ingin melakukan perubahan dari dalam dirinya dan bukan dari luar. Seperi contohnya mereka yang bekerja ingin bekerja lebih giat lagi sebagai seorang pekerja keras dan jikalau mereka tidak mengalami perubahan yang cepat maka kekhawatiran itu akan timbul dan jika mereka tidak dapat mengatasi masalah ini akan sering terjadi gangguan secara emosional..
Tekanan yang datang dari tuntutan hidup membuat ketegangan emosi tersendiri bagi Mahasiswa Theologi pada umumnya. Karena tuntutan hidup yang mereka jalani bukan hanya secara akademik namun secara karakter.
5.Masa dewasa dini sebagai masa keterasingan sosial
Pada masa ini orang yang pada masa remajanya memiliki relasi yang baik (Persahabatan/kelompok) akan mulai terpisah.
Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karier dengan demikian keramahtamahan masa remaja diganti dengan persaingan masyarakat dewasa dan mereka juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga mereka untuk pekerjaan mereka. Sehingga mereka hanya dapat menyisihkan waktu sedikit untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan – hubungan yang akrab.8
Karena merasa banyaknya kesibukan daalm kehidupan mereka, mahasiswa Thoelogi cenderung menjadi individualis.
6.Masa dewasa dini sebagai masa komitmen
Dalam masa ini perubahan tanggung jawab dan hidup mandiri dalam menentukan pola hidup baru dan komitmen – komitmen baru sangat menonjol.
Komitmen hidup mahasiswa Theologi dengan sendirinya akan terbentuk, terlihat, dan semakin kuat ketika menjalani kehidupan pendidikan Theologi.
7.Masa dewasa dini sering merupakan masa ketergantungan
Ketergantungan ini terjadi ketika seseorang masih membutuhkan bantuan dari orang tua atau orang lain, contohnya beasiswa untuk pendidikannya. Kebiasaan ketergantungan ini sering membuat seseorang meragukan kemampuan mereka sendiri untuk mandiri dalam hal ekonomi.
Untuk hal ini mahasiswa Theologi dapat mengendalikan diri, karena dalam proses pendidikan Theologi sangat ditekankan untuk adanya penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan dengan dasar Alkitab.
8.Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai
Pada masa ini seseorang harus bisa menyesuaikan dan menerima nilai – nilai lingkungan dimana mereka berada. Biasanya seseorang yang dulunya berfikir untuk diri sendiri sudah bergeser untuk lebih sosial melalui pengembangan kesadaran dan keterlibatan sosial.
Perubahan nilai ini akan nampak nyata ketika mahasiswa Theologi terjun ke dalam ladang pelayanan, mereka dituntu untuk lebih mengutamakan kepantingan umun daripada kepentingan pribadinya terutama da;lam pemberitaan Firman Tuhan.
9. Masa dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
Pada masa ini gaya hidup baru seseorang sangat menonjol dalam bidang pernikahan dan peran orang tua. Yang paling umum adalah penyesuaian diri dalam pola seks atas dasar persamaan derajat. Biasanya persiapan yang dipikirkan seseorang sangat berbeda dari realita ketika mereka memasuki kehidupan suami istri (penyesuaian rumah tangga).
Dalam pendidikan Theologi cara hidup baru lebih difokuskan kepada karakter pembentukan, baik dari dalam diri mau pun faktor luar. Yaitu mereka harus berani menyakngkal dirinya dan mengikuti cara hidup Kristus.
10. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif
Karena sudah tidak terikat oleh ketentuan dan peraturan orang tua maupun guru maka kreatifitas, minat dan kemampuan seseorang bisa ia tuangkan sebesar – besarnya.
Karena prinsip kehidupan mahasiswa Theologi yang diharuskan untuk saling melengkapi dan menguatkan. Maka daya kreatifitas yang dulunya kecil atau terpendam semakin dapat diekplor dengan baik sehingga dapat nampak bidang – bidang tertentu yang menonjol yang berguna untuk pelayanan.

Perkembangan emosional
Pada masa ini orang muda bukan mulai tertarik pada lawan jenis, karena ketertarikan itu sudah mulai timbul sejak masa remaja. Namun ada hal yang membedakan antara ketertarikan remaja denagn orang dewasa awal (dini). Penjabaran kecenderungan pada dewasa awal adalah sebagai berikut :
A.Daya tarik, cinta, dan hubungan dekat
Kedekatan fisik tidak menjamin bahwa kita akan membangun hubungan yang positif dengan seorang individu. Lau apa yang mebuat kita tertarik pada orang lain ? ada beberapa buku yang menjelaskan adanya kedekatan, kesamaan, dan kemiripan adalah faktor – faktor nya. Validasi konsensual (consensual validation) memberikan sebuah penjelasan mengapa seorang individu tertarik kepada orang yang memiliki kesamaan dengannya. Sikap dan perilaku kita didukung ketika sikap dan perilaku orang lain sama dengan kita; sikap dan perilaku mereka menguatkan sikap dan perilaku kita.9 Apakah itu cinta ? cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat luar an kompleks.Kalisifikasi yang umum menggambarkan empat bentuk cinta dalah :
Altruisme
Altruisme adalah suatu minat yang tidak mementingkan diri sendiri dalam menolong seseorang.. Hal ini dapat diwujudkan dalam tindakan – tindakan nyata bagi orang – orang di sekitar kita. Pada Mahasiswa Theologi hal ini dapat diwujud nyatkan dalam hubungnnya dengan jemaat di ladang pelayanannya.
Persahabatan
Persahabatan adalah suatu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kenikmatan (Kita suka mengahabiskan waktu dengan sahabat kita), penerimaan (menerima tanpa mengubah), kepercayaan, hormat, saling meolong, menecitakan rahasia, mengerti, dan spontanitas (adanay perasaan bebas menjadi diri sendiri di depan seorang teman). Lalu apa beda cinta dan persahabatan ? Menurut Keith David hubungan kita dengan kekasih lebih melibatkan kekaguman dan eksklusivitas sedangkan hubungan dengan teman dipandang lebih stabil.
Pada mahsiswa Theologi hal in daapt dikembangkan dengan adanya keterbukaan diri, terutama di dalam asrama yang dalam satu kamar terdiri lebih dari satu orang.
Cinta yang romantis atau bergairah
Cinta yang romantis disebut juag “cinta yang bergairah” atau “eros”; cinta tersebut memiliki elemen seksuak dan kekanak – kanakan dan seringkali mendominasi bagian awal suatu perjalanan cinta.10 Cinta yang romantis adalah alasan utama kita untuk menikah. Cinta yang romantis mencakup jalinan yang rumit dari emosi – emosi yang berbeda – ketakuatn, kemarahan, gairah seksual, kesenangan dan kecemburuan.
Cinta yang penuh afeksi atau kebersamaan
Cinta lebih dari sekedar gairah. Cinta yang penuh afekss (affection love), juga disebut “cinta yang penuh kebersamaan”, adalah tipe cinta yang tejadi ketika hasrat individu untuk berada dekat dengan orang lain dan melibatkan perasaan yang dalam dan sayang terhadap orang tersebut. Ada pendapat mengatakan bahwa cinta ini timbul dari hubungan yang diawali dengan Cinta romantis. Ada teori cinta yang mnyatakan bahwa cinta meiputi 3 aspek yaitu gairah, keintiman, dan komitmen.
Pada umumnya STT memiliki sebuah peraturan yang melarang mahasiswa tingkat awal berpacaran atau menjalin hubungan kasih. Hal ini mungkin menimbulak tekana bagi para mahasiswa yang berada pada masa ini, karena hasrat cinat mereka tidak dapat tersalurkan dan mereka harus stack pada level persahabatan.

Implikasi dari mahasiswa Theologi yang kami tulis diatas kami dapat dari penelitian lapangan baik dari tingkat 1 sampai tingkat 4 dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang sama sebagai acuan. Pertanyaan - pertanyaan tersebut meliputi tentang perkembangan mental, spiritual. Emosi, relasi dengan lawan jenis, karakter dan kepribadian.

KESIMPULAN

Melalui perbandingan dan pengamatan penulis dari psikologi perkembangan umum dengan psikologi perkembangan mahasiwa Theologi maka penulis menyimpulkan bahwa psikologi perkembangan mahasiswa Theologi dapat dikatakan berbeda dengan orang awam pada umumnya, sangat dimungkinkan mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan tuntutan dari pendidikan Theologi yang mencakup segala aspek bidang kehidupan yang mempengaruhi perkembangan psikologi dalam hidup mereka. Namun penulis juga menyadari bahwa stres sangat mudah menyerang para mahasiswa Theologi yang hidupnya tidak sepenuhnya bersandar kepada Tuhan. Tulisan ini sangat mungkin tidak objektrif karena hanya mengambil sample dari satu sekolah Theologi saja.Penulis berharap tulisannya ini dapat berguna bagi pembaca semua. Terima kasih atas pehatiannya.Lien_RE